Kebanggaan Etnis Serb dalam Sejarah Sepakbola Balkan

Judul Film : Montevideo God Bless You

Sutradara: Dragan Bjelogrlic

Pemeran: Miloš Biković, Petar Strugar, Nina Janković, dll.

Rilis: Desember 2010

Film adalah alat yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Tidak heran jika film sering menjadi bagian dari strategi propaganda. Film bisa menjadi alat propaganda dengan berbagai cara, dari mulai film penerangan dengan pesan-pesan eksplisit sampai film-film cerita dengan pesan yang disusun lewat kemasan yang halus.

Terkait propaganda nasionalisme, sudah banyak itu dilakukan melalui medium film. Film yang menyelipkan pesan-pesan nasionalisme memang mudah membangkitkan emosi dan romantika terutama jika dibungkus dengan kisah-kisah perjuangan dan pengorbanan manusia yang mencoba merealisasikan mimpinya. Baca lebih lanjut

Khayalan Tingkat Tinggi tentang Timnas Inggris

 

Judul Buku: Amukan Singa Luka [Three Lions Roar]

Judul Asli: Three Lions Roar, A Novel Of World Cup 2006

Penulis: Umut Ozturk

Penerbit: Mizan Learning Center

Halaman: 408 halaman

Terbit: 2006

Sepakbola bukan sekedar olahraga. Dia adalah bagian dari globalisasi, berkat globalisasi sepakbola, orang kini mengidentifikasi hal baru dalam dirinya. Melupakan identitas lama dan bangga dengan identitas baru, meskipun akar kesejarahan identitas barunya itu masih terbilang pendek.

Hal serupa yang mungkin dilakukan Umut Ozturk seorang novelis yang kini tinggal di Amerika. Darah Turki yang mengalir di tubuhnya tak menghalangi kecintaannya terhadap tim nasional Inggris yang baginya adalah segala-galanya. Darah Turki di tubuhnya tak menghalangi obsesinya pada timnas Inggris, sampai-sampai dia membuat sebuah novel berjudul The Three Lions Roar [selanjutnya ditulis Roar saja]. Baca lebih lanjut

Offside : Kegundahan Wanita Iran Terhadap Sepak Bola

Di Negara Iran, melihat kaum hawa hadir menonton sepakbola di stadion berdampingan dengan kaum adam adalah anomali. Pasca Revolusi Islam yang dipimpin Ayatollah Khoemeini tahun 1979, negeri penerus bangsa Persia itu memang memberlakukan aturan yang ketat terhadap perempuan.

Saat itu, ada tiga hal yang menjadi keluhan para perempuan Iran: pakaian yang diatur dengan ketat,  pekerjaan yang sulit didapat, dan larangan menonton sepakbola pria di stadion.

Namun seiring berjalannya waktu, pelan tapi pasti perubahan itu terjadi. Tepatnya di masa Rafsanjani menjabat sebagai presidendi awal tahun 1990an, yaitu kala liberalisasi di Iran mulai terasa. Aturan kewajiban memakai Chadur (kain hitam yang di selebungkan ke seluruh tubuh namun tak menutupi muka) mulai ditinggalkan generasi muda dan berganti dengan kerudung yang dipasang seenaknya. Baca lebih lanjut