Beberapa pekan setelah Soeratin meninggal, terbitlah sebuah laporan yang salah satu paragrafnya berbunyi begini:
“Kami mendatangi alamat tersebut dan memang keadaan perumahan Soeratin sangat menyedihkan. Ruangan itu memang bekas garasi mobil ukuran 4 x 6 meter. Di dalam ruangan itu dibagi dua dengan gedeg, Ir Soeratin tinggal bersama istrinya di mana mereka tidur, makan dan mencuci pakaian. Kamar mandi dan kamar kecil yang mereka pergunakan adalah kepunyaan rumah no. 33 dan letaknya pada jarak 25 meter. Di waktu hujan mereka akan kebasahan, bila perlu mereka pergi ke kamar mandi untuk berteduh.”
Laporan itu terbaca dalam artikel berjudul “Mencari Tokoh Pendiri PSSI Soeratin” yang rilis di Majalah Sepakbola PSSI no. 2 tahun 1959. Artikel itu diterbitkan ulang nukilannya pada buku ulang tahun PSSI yang ke-50 yang jatuh pada 1980. Karena buku itu diterbitkan oleh PSSI sendiri, pembaca bisa menganggapnya sebagai “versi resmi terhadap kepilauan masa tua sang pendiri”.
Seperti yang sudah saya uraikan pada dua bagian sebelumnya, bagaimana Soeratin melewati hari demi hari setelah hijrah ke Bandung masih banyak diselimuti kabut. Tidak banyak laporan, dokumen, arsip atau laporan surat kabar yang bisa dijadikan rujukan untuk menggali kehidupan Soeratin di Bandung. Baca lebih lanjut