Kebiasaan yang berulang akan menghasilkan karakter, dan karakter adalah tipikal yang mudah terbaca.
Dalam sepakbola hal itu bisa terbaca, terutama, dalam konteks pemain yang beralih profesi menjadi pelatih. Seorang pemain sayap, maka saat menjadi pelatih maka tim yang diasuhnya akan punya tekanan yang khusus pada serangan dari sayap. Begitupun seorang mantan striker maka dia pasti lebih fokus menyoroti taktik dalam konteks serangan, begitupun sebaliknya.
Namun ada teori menarik yang dipaparkan Jordi Cruyff kepada harian Daily Mail. Anak legenda Belanda, Johan Cruyff, menjelaskan bahwa sepanjang sejarahnya pelatih-pelatih terbaik di dunia biasanya adalah mereka yang saat menjadi pemain berperan sebagai defensive midfielder atau gelandang bertahan.
Orang boleh meragukan kapasitas Jordy saat berbicara isu taktik. Tapi ucapan Jordy itu terafirmasi oleh nama-nama pelatih yang dalam 10 atau 20 tahun terakhir ini dianggap punya capaian prestasi tertentu. Lihat saja nama-nama yang pernah membawa anak asuhnya menjuarai Liga Champions: Pep Guardiola, Fabio Capello, Rafael Benitez, Roberto di Matteo, Vicente del Bosque, dan Frank Rijkard. Mereka semua bermain sebagai gelandang bertahan saat masih menjadi pemain. Baca lebih lanjut