Istimewa

AC Milan sebagai “Koperasi Simpan Pinjam”

Siapa raksasa sebenarnya di Italia? Ini debat yang bisa mengeraskan urat leher fans AC Milan dan Juventus. Masing-masing punya kebanggaannya sendiri: Juventus tim dengan trofi Serie-A terbanyak, Milan tim Italia dengan koleksi gelar Eropa yang paling mentereng.

Juventus memang mampu menguasai liga domestik. Hampir 30% kompetisi lokal yang telah berumur lebih dari satu abad mereka rengkuh dengan angkuh. Namun ketika mencoba menaklukan Eropa, mereka selalu gagal.  Sementara “gen penakluk Eropa”, atau DNA dalam klaim Galliani, mengalir deras di urat nadi AC Milan. Tujuh gelar Liga Champions menobatkan mereka jadi perengkuh terbanyak setelah Real Madrid, menegaskan hegemoni Italia di seluruh tanah Eropa.

Catatan khusus bagi Milan, kejayaan mereka di Eropa seringkali diingat sebagai wewangian yang berdampak pada meroketnya gengsi Serie-A. Il Campionato più bello del mondo – Liga paling indah di dunia, begitu puji banyak orang. Kejayaan Milan di akhir dekade 80-an hingga pertengahan era 90-an, menjadi pemantik kenapa Italia didapuk jadi pemilik liga terbaik dunia. Sorotan seantero penduduk bumi pecinta sepakbola tertuju padanya. Bintang-bintang ternama berebutan untuk bermain di Serie-A. Semua itu terjadi saat Milan sedang berjaya.

Dalam soal industrialisasi sepakbola,dunia dan Italia meski berterima kasih kepada AC Milan, bukan pada Juventus atau Liga Inggris. Milan mesti disebut tiap kali mencoba melacak asal-muasal sepakbola bisa menjadi permainan global yang menyihir – terutama – melalui televisi. Baca lebih lanjut

[AS Roma 2-0 AC Milan] Menang dari Milan dengan Memanfaatkan Rotasi Gelandang

Bertandang ke Stadion Olimpico Roma, AC Milan datang dengan rasa percaya diri yang amat kuat. Pelan tapi pasti pelatih Clarence Seedorf mampu meracik dan memperbaiki skuat Milan. Terbukti, dalam lima laga terakhir serie A, Milan selalu sapu bersih kemenangan 5 kali secara beruntun.

Salah satu faktor kebangkitan Milan ini adalah semakin jarangnya rotasi yang dilakukan Seedorf di lini depan dan lini tangah. Nampaknya pelatih Milan itu telah menemukan formula yang pas bagi lini serang untuk menjalani sisa kompetisi.

Trio Kaka, Adel Taarabt dan Keisuke Honda selalu jadi pilihan Seedorf dalam 3 pertandingan terakhir. Tak lupa, penampilan stabil Balotelli dalam 5 laga terakhir juga ikut berperan atas mengalir derasnya gol-gol milan. Dalam 5 pertandingan terakhir, Milan telah mencetak 11 gol – raihan statistik tertinggi di musim ini. Baca lebih lanjut

[Lazio 1–1 AC Milan] Lazio Memaksimalkan Kekuatan Gelandang Bertahan

Setelah mengalami 4 kekalahan beruntun, akhirnya AC Milan mendapat poin juga. Pada laga dini hari tadi mereka memetik satu angka ketika melawan SS Lazio di Stadion Olimpico.

Pada laga tersebut, Milan mampu mencetak gol terlebih dahulu lewat gol bunuh diri pemain Lazio Abdoulay Konko pada menit 41. Sayang, keunggulan itu tak dapat dimaksimalkan. Rossoneri malah kebobolan oleh Alvaro Gonzales pada menit 61. Baca lebih lanjut

[Atletico Madrid 4-1 AC Milan] Lini Tengah yang Membuat Il Diavolo Menanggung Malu

Italia menanggung malu. Satu-satunya perwakilan Serie-A di kompetisi UCL musim ini mesti mengangkat koper setelah AC Milan didepak Atletico Madrid pada babak 16 besar.

Kekalahan Milan ini sebenarnya sudah diprediksi banyak orang jika melihat penampilan AC Milan pada dua laga terakhir saat menderita kekalahan dari Juventus dan Udinese. Tampil di Liga Champions pun Milan tampil pincang, dengan lini tengah mereka yang amat rapuh. Hasil akhirnya Atletico Madrid mampu mengandaskan Milan di Vicente Calderon. Tak tanggung-tanggung dengan skor 4-1.

Melawan AC Milan, tim tuan rumah tampil komplit. Hanya ada satu pergantian yaitu pada posisi fullback kiri. Jika di leg pertama Simeone memilih Emilliano Insua, kini dia memilih Fellipe Luis yang sudah pulih dari cedera. Hal ini otomatis membuat Atletico tampil dengan kekuatan penuh dengan formasi andalan 4-4-1-1 yang jadi pola Atletico pada musim ini. Baca lebih lanjut

[AC Milan 0-2 Juventus] (Lagi-Lagi) Menang Karena Sukses Memancing Lawan dan Memanfaatkan Lichtsteiner

Meraih scudetto tinggal di pelupuk mata Si Nyonya Tua. Kemenangan 2-0 atas AC Milan di San Siro jadi modal manis Juventus untuk terus berlari meninggalkan AS Roma, yang pada pertandingan lain harus bermain imbang 0-0 dengan Inter Milan. Tiga poin yang didapat Juventus tadi malam membuat jarak dengan AS Roma melebar menjadi 11 poin. Sebuah angka yang sulit disalip Il Giallorossi hingga akhir musim nanti.

Datang ke San Siro, Juventus harus kehilangan Giorgio Chiellini akibat cedera. Sebagai pengganti, jika sebelum-belumnya Conte selalu mempercayakan kepada Obgonna, kali ini ia memberikan posisi inti kepada bek Uruguay Martin Caceres.

Pada lini tengah, Juventus juga tampil sedikit pincang akibat tak bisa dimainkannya Arthuro Vidal. Namun penggantinya pun tak kalah sigap. Adalah Claudio Marchisio yang diplot bahu membahu di lini tengah bersama Paul Pogba dan Andrea Pirlo. Baca lebih lanjut

[AC Milan 0-1 Atletico Madrid] Kegagalan Seedorf Memanfaatkan Kaka

Melawan Atletico Madrid, Seedorf memodifikasi formasi. Sebelumnya, dia sering memakai 4-2-3-1. Namun setelah absennya Ricardo Montolivo akibat akumulasi kartu, Seedorf enggan mengambil resiko.

Saat Montolivo absen, sejatinya Seedorf bisa menempatkan Michael Essien dan Nigel De Jong berduet sebagai poros ganda dalam formasi 4-2-3-1. Namun, setiap hal itu dicoba,  Milan selalu mengalami kekalahan. Diantaranya saat melawan Napoli dan Udinese.

Hal ini menandakan bahwa ucapan Seedorf tentang ia akan memberi tempat kepada Essien tak terwujud. Milan masih amat bergantung pada Montolivo. Dan ketidakhadiran Montolivo pada laga tadi malam jadi salah satu alasan mengapa Milan mengalami kekalahan di kandang sendiri. Baca lebih lanjut

[Juventus 1-0 AC Milan] Perang Taktik di Lini Tengah

Juventus semakin dekat dengan gelar juara setelah mengalahkan rivalnya AC Milan di Juventus Stadium. Satu-satunya gol yang tercipta dalam pertandingan ini dicetak oleh Arturo Vidal melalui titik putih.

Juventus tampil komplit karena tak ada pemain inti yang absen akibat cedera atau akumulasi kartu. Sama saat mengalahkan Lazio 2-0 di Olimpico minggu lalu, tak ada yang berubah dari nama-nama yang diturunkan Antonio Conte. Hanya saja dalam menghadapi Milan Juventus agak lebih bermain rapat di tengah. Ini dibuktikan dengan Marchisio yang posisinya di pasang di belakang Vucinic. Baca lebih lanjut

[AC Milan 2 – 0 Palermo] Memaksimalkan Kontribusi Balotelli

Kekalahan menyakitkan atas Barcelona di perempatfinal Liga Champions berhasil ditebus Massimo Allegri dengan menaklukan tim papan bawah Palermo 2-0 dalam lanjutan Serie-A giornata ke-29 di San Siro, minggu malam (17/3). Hasil positif ini membawa Milan semakin membuntuti Napoli di peringkat dua, yang hanya selisih 2 poin. Milan mengoleksi 54 Poin dan Napoli 56 Poin.

Sementara di kubu Palermo, “dagelan” pergantian kepala pelatih yang dilakukan Presiden klub Maurizio Zamparini membuat tim berjuluk “Rosanero” semakin tenggelam di zona degradasi. Performa tim yang buruk membuat Gasperini diganti Alberto Malesani pada awal Februari. Karir Malesani hanya 19 hari setelah Gasperini kembali masuk menangani tim. Namun, dua hasil buruk yang didapat Gasperini, imbang 0-0 melawan Torino, dan kalah 1-2 dari Siena di Enzo Barbara minggu lalu, membuat Gasperini dipecat lagi.

Dan kini, sosok pelatih yang membangun tim di awal musim yaitu Giuseppe Sannino masuk kembali menangani Fabrizio Miccolli, cs. Sayangnya, keluar-masuknya pelatih membuat tim menjadi tak kondusif. Kembalinya Sannino tetap berujung kekalahan. Baca lebih lanjut