[Ulasan taktik Argentina di Final] Taktik Sabella sebagai Pragmatisme yang Anti-Klimaks

Argentina gagal menjadi juara Piala Dunia. Anak asuh pelatih Allejandro Sabella ini mampu tampil baik selama 90 menit awal, sistem pertahanan yang mereka galang mampu membuat frustasi barisan penyerangan Jerman. Argentina yang tampil tadi malam adalah Argentina yang berbeda dari biasanya, mereka bermain sangat berhati-hati, memilih bersabar dan melupakan angan-angan untuk banyak-banyak menguasai bola.

Apa yang Sabella terapkan memang sukses, tapi kelengahan akibat konsentrasi yang berkurang akibat stamina yang terkuras membuyarkan mimpi tim berjuluk Les Albiceleste itu. Kesalahan kecil Demichelis yang terpancing mengikuti pergerakan Mueller merobohkan kekokohan pertahanan Argentina. Setan memang ada di detail! Baca lebih lanjut

[Review Taktik Argentina] Kesuksesan Pembelajaran Allejandro Sabella

Malam ini Argentina siap mengulang kesuksesan mereka pada 1986, yaitu saat mereka jadi juara Piala Dunia di Meksiko dengan menundukkan Jerman Barat di partai final. Dua puluh delapan tahun kemudian, saat Piala Dunia kembali di gelar di tanah Amerika Selatan, Argentina mesti kembali bersua dengan Tim Panser di laga final.

Kesamaan catatan sejarah tak berhenti sampai di sana. Jika menilik taktik dan kondisi skuat Argentina saat ini, tim yang berlaga pada 1986 tak berbeda jauh-jauh amat dengan skuat 2014. Ketergantungan pada sosok pemain bintang kentara benar. Jika skuat 1986 bergantung pada Maradona, maka skuat tahun ini pada Lionel Messi.

Tapi bukan berarti Tim Tango mampu melaju ke final hanya dengan mengandalkan Messi semata. Salah satu rahasia kesuksesan mereka adalah karena sang pelatih, Alejandro Sabella, yang berkali-kali menyesuaikan susunan pemain dan pola bermain ketika menemui masalah. Baca lebih lanjut

[Belanda 0-0 Argentina] Duet Mascherano-Biglia Sebagai Kunci Pertahanan Argentina

Mengandaskan perlawanan sengit Belanda dini hari tadi, Argentina berhasil lolos ke final Piala Dunia untuk bertemu dengan Jerman. Tim Tango memenangi pertandingan lewat adu penalti, setelah kedua tim bermain imbang 0-0 selama 90 menit waktu normal, dan 30 menit waktu tambahan.

Berbeda dengan semi final hari pertama yang menyajikan drama tragis kekalahan Brasil, laga antara Argentina dan Belanda ini terlihat membosankan. Total raihan attempts kedua tim, yang hanya berjumlah 9 attempts selama 90 menit waktu normal, adalah angka terburuk sepanjang semi final Piala Dunia yang tercatat oleh FIFA. Baca lebih lanjut

[Nigeria 2-3 Argentina] Keberanian Sabella Melakukan Perjudian Taktik

Argentina memeragakan permainan terbaiknya sepanjang Piala Dunia 2014 ini. Semalam, La Albiceleste menundukkan Nigeria 3-2 dengan dua gol yang disumbangkan oleh Lionel Messi dan satu lain oleh Marcos Rojo tercipta karena proses serangan yang apik.

Tapi, bukan berarti tim mereka tidak akan mendapatkan masalah di babak 16 besar.

Dua gol yang bersarang di gawang Sergio Romero pada menit-menit awal adalah penegas bahwa pemain belakang mereka belum dapat diandalkan, terutama saat mendapatkan serangan balik. Lantas di lini serang, ketergantungan Argentina terhadap Lionel Messi mutlak tak bisa disangkal.

Sosok peraih Ballon’d Or empat kali ini dibutuhkan Argentina baik itu di lini depan maupun tengah, mengingat peran kedua gelandang, yaitu Fernando Gago dan Javier Mascherano, lebih defensif. Baca lebih lanjut

[Argentina 2-1 Bosnia] Adu Taktik yang Seru di Babak Kedua

Argentina “mati-matian” untuk bisa berjaya di Maracana. Itu kata yang pas untuk menggambarkan kemenangan Argentina atas Bosnia Herzegovina dalam laga pembuka grup F dini hari tadi. La Albiceleste memang menang atas Bosnia 2-1, tapi kemenangan itu didapat dengan upaya yang sulit dan sedikit keberuntungan.

Baru laga berjalan 2 menit Argentina mampu unggul 1-0 setelah Sead Kolašinac mencetak gol bunuh diri.  Tapi setelah itu, di sisa babak I, Lionel Messi cs begitu sulit menembus barisan pertahanan Bosnia yang boleh dibilang bermain tanpa rasa takut. Baru di babak kedua Argentina mulai bisa lepas dari tekanan terutama setelah mengubah pola lewat pergantian pemain. Baca lebih lanjut

Oriundi Argentina: Dicaci Saudara Tua Sendiri

Siapa bilang kultur mengembara itu hanya milik bangsa China dan Yahudi saja? Bangsa Italia pun memiliki kebiasaan yang sama. Italia adalah salah satu bangsa terbesar di dunia yang melakukan diaspora.

Menurut data Fondazione Migrantes pada tahun 2011, diperkirakan 60-80 juta orang keturunan Italia tinggal di luar tanahnya sendiri. Angka itu justru lebih besar ketimbang populasi penduduk negara Italia yang berjumlah 60 juta jiwa. Dari catatan majalah itu juga terlihat bahwa mayoritas keturunan ini tinggal di Amerika Selatan, dengan dua negara yang paling banyak menampung para migran Italia adalah Brasil dan Argentina.

Hingga saat ini, tercatat 25 juta orang berdarah Italia tinggal di Brasil. Tetapi, jumlah terbesar keturunan Italia malah masih berada di Argentina. Sekitar 27 juta jiwa penduduk Argentina, atau 60% dari total 49 juta jiwa, memiliki buyut yang datang dari Italia. Baca lebih lanjut