Sejarah PSSI (Bagian 7): PSSI Tak Antusias Ikut Piala Dunia 1938

Cobalah bertanya pada anak-anak kecil yang senang bermain sepakbola. Jika suatu saat mereka jadi pemain bola dan terpilih mewakili timnas, apa mimpi mereka? Tentu rata-rata akan menjawab: “membawa timnas ke Piala Dunia!”Mimpi untuk berlaga di ajang tertinggi antar negara di dunia itu kini memang seakan jadi satu-satunya puncak pencapaian prestasi suatu negara, terutama di Indonesia. Tidak sreg rasanya jika tidak mentargetkan “masuk ke Piala Dunia tahun XXXX” dalam setiap program pembinaan pemain usia muda. Kalau tidak 2022, ya 2026. Atau, paling banter, ya 2030. Pokoknya bakat-bakat terbaik negeri ini harus tampil bersama-sama pemain kelas dunia lainnya. Bagaimanapun caranya.

Tapi, kali pertama Indonesia, atau Hindia Belanda, mendapatkan kesempatan untuk mengirimkan tim ke Piala Dunia, PSSI menanggapinya dengan dingin. Biasa saja. Baca lebih lanjut

Sejarah PSSI (Bagian 6): Ribut-ribut Jelang Piala Dunia 1938

Konflik PSSI dan NIVU masih berlanjut jelang digelarnya Piala Dunia 1938. Kendati di antara PSSI dan NIVU sendiri telah diadakan perjanjian yang disebut Gentlemen Agreement (baca Sejarah PSSI Bagian 5). Jika ditelaah lebih dalam, butir-butir perjanjian lebih menguntungkan PSSI daripada NIVU sendiri. Wajar jika dalam kenyataanya pihak NIVU menganggap perjanjian ini sebagai bualan belaka.

Benar saja, beberapa minggu usai perjanjian ini disepakati, tak ada niat dari NIVU untuk menginformasikan dan mensosialisasikan hal penting ini kepada anggota-anggotanya. Berbeda dengan Majalah “Olah Raga“, majalah resmi milik PSSI yang dikelola di Bandung, yang terus menerus mengabarkan informasi mengenai perjanjian antara NIVU dan PSSI ini. Sementara majalah “Sports” milik NIVU malah diam saja. Baca lebih lanjut

Sejarah PSSI (Bagian 4): Kisah Konflik UNI dan Pembubaran Federasi

Konflik antara PSIM dan PSSI sendiri bukan satu-satunya konflik antara klub melawan federasi di masa kolonial. Konflik serupa terjadi di federasi sepakbola untuk orang-orang kulit putih yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB), satu-satunya federasi di Hindia Belanda yang sudah menjadi anggota FIFA saat itu.

NIVB juga ternyata mengalami pergolakan dan pemberontakan dari klub-klub internal mereka dan berujung dengan pembubaran NIVB dan akhirnya lahirlah Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Pergantian ini disertai dengan kepengurusan dan program yang baru.

Namun siapa sangka, revolusi di dalam tubuh NIVB tak bisa lepas dari peran serta dari satu perkumpulan sepakbola yang terkenal di Kota Bandung, siapa lagi kalau bukan UNI. Uitspaning Na Ispaning adalah kepanjangan UNI yang berarti “bersenang-senang setelah bekerja keras”. Ini idiom yang menegaskan bagaimana sepakbola tidak bisa melupakan aspek kesenangan di dalamnya. Baca lebih lanjut

Sejarah PSSI (Bagian 3): PSSI Era Soeratin ‘Mengkloning’ PSIM

Konflik PSSI versus KPSI yang belum lama terjadi sebenarnya bukan hal baru dalam sejarah sepakbola Indonesia. Konflik, perpecahan, dualisme, adalah cerita lama yang selalu berulang dalam narasi sepakbola Indonesia.

Di artikel Sejarah PSSI bagian 1 dan bagian 2 telah disebutkan, cikal bakal PSSI sebenarnya sudah ada sejak 1927 dalam organ bernama Indonesische Voetbal Bond (IVB). Tapi bond-bond anggota tidak puas dengan kinerja IVB, terlebih IVB dianggap terlalu mesra dengan organisasi sepakbola Belanda yaitu NIVB. Alih-alih memperbaiki IVB secara bersama-sama, IVB malah ditinggalkan begitu saja dan akhirnya berdirilah PSSI. Baca lebih lanjut

Sejarah PSSI (Bagian 2): Kami Indonesier, Bukan Inlander!

Kegagalan Indonesische Voetbal Bond (IVB) untuk mempersatukan sepakbola menjadi problem yang mesti segera dievaluasi. Jika segera tak teratasi, maka agenda menyamakan gendang tarian antara sepakbola dengan perlawanan di dunia pergerakan bisa makin terhambat.

“Al te goed is buurmans gek –terlalu baik beda-beda tipis dengan bodoh,” sebuah pepatah Belanda yang sering ditujukan kepada IVB untuk menggambarkan sikap terlalu baik, lembek dan senang berkompromi kepada Belanda. Baca lebih lanjut

Sejarah PSSI (Bagian 1): Dari Depresi Ekonomi hingga Jadi Organisasi

Depresi ekonomi yang melanda Eropa tahun 1920-an secara tidak langsung berdampak siginifikan terhadap perkembangan sepakbola Hindia Belanda. Bagaimana itu bisa terjadi?

Efek domino tersebut bermula ketika harga jual nilai ekspor hasil bumi pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Indonesia merosot tajam di pasar Eropa. Hal ini berimbas pada banyaknya perusahan dan pabrik-pabrik yang gulung tikar.

Kondisi ini mau tak mau membuat terjadi PHK massal di berbagai daerah. Krisis ekonomi ini diperparah dengan harga jual hasil pertanian yang sangat rendah, penduduk pun enggan untuk menjadi petani, karena hasil tani hanya mampu mencukupi kebutuhan makan ala kadarnya. Baca lebih lanjut